: kereta
hari ini sepertinya kereta-kereta memanggilku. pada sebuah siang dalam bilik ber-ac, meja kerjaku. ia menghubungiku siang itu, seperti sebuah panggilan wawancara yang aku sebarkan (biasanya) di hari jum'at pada kandidat pelamar.
"apakah kereta itu akan melamarku", pikirku.
namun pada panggilan itu, kereta-kereta enggan berbicara, mereka hanya mengirimkan pesan bergambar. seperti rel-rel yang terpaku pada bidang berbatu, seperti peron yang setia memeluk, atau lorong-lorong sunyi yang sedia menangkap setiap bunyi pada dinding-dinding laring.
"apakah kereta itu masih merindukanku", tanyaku.
mungkin iya, karena aku masih melihat kereta-kereta berpakaian lembayung seperti fajar dini hari. seperti mungkin pada tiap lengking derit juga goyangan tatkala sebuah peluk mendarat di dadanya. pelukku.
"apakah kereta itu menantikanku kembali"
entahlah...
sementara saat ini aku masih memegang sebuah pesan bergambar sebuah kota yang pernah kukunjungi dulu, menghitung bintang di bukit kunang-kunang, atau sekedar meramal cuaca di setiap kedatangan atau kepergian.
: tenang saja, karena cintaku tidaklah berubah, tidaklah berhenti mengular seperti rangkaian gerbongmu.